Menghibur Diri Lewat Ayam Goreng Kampung Haji Imam

"Perubahan Adalah Hal Yang Pasti. Yang Datang Akan Pergi Dan Yang Pergi Pasti Terganti"


Kurang lebih enam bulan lamanya saya berusaha keras mempertahankan diri di Ibu kota. Sebagai insan yang mengkategorikan dirinya sendiri sebagai seorang yang kurang dalam hal bersosialisasi. Hari-hari saya tak pernah jauh dari berangkat kerja, makan, pulang dan tidur. Namun demikian diantara hari-hari saya yang buram tak berwarna saya selalu menikmati proses memasukkan nutrisi ke tubuh saya.

Singkat cerita pada suatu masa, saya diajak oleh rekan kerja serta atasan saya untuk visit ke lapangan. Kemudian ketika datang waktunya makan siang saya dikenalkan dengan warung makan di daerah Pancoran, Jakarta Selatan. Warung makan tersebut sederhana dengan spanduk yang terlihat memudar dimakan usia, nama warung makan tersebut adalah "Soto dan Ayam Goreng Kampung H. Imam". Warung makan tersebut menjual soto bening khas Boyolali dan ayam goreng kampung. Untuk daerah Jakarta sendiri soto bening bukanlah sesuatu yang teramat lazim. Berbeda dengan di daerah asal saya Solo dan sekitarnya di mana soto adalah makanan yang jamak ditemui di berbagai tempat. Mulai dari warung kelas bawah hingga kelas atas.

Sisi Depan Warung.FOTO/HERNOWO
Entah mengapa saat itu saya tidak ingin memakan makanan berkuah, jadilah saya memesan ayam goreng dan nasi. Namun yang terjadi selanjutnya di luar ekspektasi saya. Pada suapan pertama, rasa gurih nan umami yang kuat mengguncang indra pengecap saya. Saya pun bergumam di dalam hari. Selama saya berada di bumi Betawi tak pernah saya merasakan rasa ayam goreng se-Nikmat ini. 

Berbeda dengan ayam negeri, terkstur ayam kampung dengan daging yang berstektur namun kenyal serta super juicy. Ditambah dengan semburan rasa umami yang menyebar dari tiap gigitan ke seluruh rongga-rongga mulut membuat batin saya berbisik "Nikmati Tuhan Mana Lagi Yang Saya Dustakan".

Selain Ayam Goreng Juga Terdapat Soto Yang Nikmat.FOTO/HERNOWO
Tanpa disadari hal kecil sederhana tersebut membuat saya sedih sekaligus bahagia. Bahagia karena rasa dan kehangatan yang tercipta diantara rekan-rekan dan atasan saya. Rasa yang mungkin hanya saya yang merasakan. Dan rasa sedih, di mana setelah hampir empat tahun saya berkecimpung sebagai seorang prajurit perang. Berjuang dengan sekuat yang saya bisa untuk memasarkan produk-produk dari perusahaan saya. Walau kadang batin ini menjerit saya tetap bangkit, walau tak jarang badai dan hujan menghadang saya tetap menerjang, namun demikian segala hal pasti berputar dan hal indah tak akan berlangsung selamanya.

Bulan ini adalah masa yang baru bagi saya, masa yang tidak bisa dikatakan mudah. Walau kadang rasa sesal hinggap silih berganti, namun dibelakangnya saya melihat sebuah harapan baru, sebuah kesempatan yang mungkin akan membuat saya lebih menyesal jika tidak pernah saya coba.

Sembari mengunyah ayam goreng kampung lezat khas H. Imam saya pun mulai menerawang jauh. Mengingat terkait quote dari salah serial yang saya gemari. "Untuk Mendapatkan Sesuatu Saya Harus Mengorbankan Sesuatu, Saya Tak Bisa Mendapatkan Sesuatu Tanpa Mengorbankan Apapun."


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.